Dalam Pelukan Salju

Penulis : Risty Anggitiara

Hari itu, ketika hari semakin gelap, salju turun tipis-tipis. Tempat ini, tempat di mana aku berpijak terlihat sepi bahkan sangat sepi. Namun, kurasa semua berubah saat seorang gadis yang tak lagi asing bagiku berjalan terseok menyusuri jalan setapak tempat ini. Taman kota. Wajahnya yang terlihat kuyu, kurasa Ia belum makan selama beberapa hari. Entahlah. Ia memang selalu menghabiskan petang di sini setiap harinya.
Salju turun semakin lebat, gadis itu mengeratkan mantel yang ia kenakan. Dingin. Ia menggigil kedinginan. Ia segera duduk di bangku taman dan mendekap tubuhnya erat. Ia akan menghabiskan petang di bangku itu. Menunggu. Gadis itu menunggu sahabatnya yang saat ini tengah berada di kota yang berbeda dengan dirinya. Ia berharap, sahabatnya akan datang di balik salju ini. Salju putih yang menghujani tubuhnya.
Gulungan kertas koran, tergenggam di tangan kanannya. Terlihat lusuh. Sepertinya gadis ini menggenggamnya terlalu kasar hingga menimbulkan kerutan-kerutan kasar di beberapa bagiannya.
Bibir gadis itu bergetar. Tatapannya kosong. Perlahan, jemarinya membentangkan gulungan koran yang masih Ia genggam. Ia menatap nanar tulisan yang tercetak tebal pada kolom berita koran tersebut. Berita mengenai pesawat yang jatuh ke dasar laut.
“Marsha, semua berita ini palsu kan! Aku yakin kau masih hidup. Kau harus menepati janjimu untuk menemuiku, Sha!” lirih gadis itu.
Bagai disambar petir tubuhku bergetar. Oh Tuhan. Sahabatnya menjadi korban dalam kecelakaan pesawat itu. Jelas saja gadis ini merasa sangat terpukul. Ia kehilangan sosok sahabatnya. Aku tak sanggup lagi membayangkan hari-harinya tanpa kehadiran sosok yang Ia sayang. Sosok yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka.
“Aku percaya kau pasti datang. Menemuiku. Menjemputku pulang. Di sini.” Gadis itu menceracau. Ia tergugu di tengah salju yang turun semakin lebat. Bibirnya pucat. Ia memejamkan matanya perlahan. Merasakan dingin yang menusuk tulang. Tapi, aku tak lagi merasakan hembusan nafasnya. Aku tak lagi mendengar debaran jantungnya. Yang kurasakan, perlahan tubuhnya membeku.
***
Berita meninggalnya seorang gadis bernama Nessa Arfani di taman kota karena kedinginan, menyebar ke seluruh penjuru kota. Berita itu menyebar melalui media cetak maupun elektronik. Tapi, tak ada satupun dari mereka yang mengetahui bahwa gadis itu meninggal dalam penantiannya. Penantian terhadap sahabatnya.
Nessa benar. Sahabatnya, Marsha, memang akan datang menemuinya dan menjemputnya untuk pulang. Namun, bukanlah pulang ke rumahnya melainkan pulang ke rumah Sang Pencipta.
Ingin rasanya aku memeluknya, menghangatkan tubuhnya dari salju saat itu. Apa daya, aku hanyalah sebuah lampu penerang taman yang berada tak jauh dari bangku tempat Ia duduk menunggu. Aku tlah menjadi saksi penantiannya selama ini. Takkan ada lagi gadis yang duduk menunggu di sana. Di bangku itu. Bangku taman yang kujaga dan kuterangi setiap petangnya.

Tinggalkan komentar